Sabtu, 24 Februari 2018

Sinopsis Bride of the Water God Episode 10 - 1

Sinopsis Bride of the Water God Episode 10 - 1

Image source: http://d263ao8qih4miy.cloudfront.net/wp-content/uploads/2017/07/habaek1-00212a.jpg

Images Credit: tvN

Sinopsis Bride of the Water God Episode 10 - 1

Saat Habaek melepaskan diri dari ciuman mereka, keduanya sontak canggung. So Ah bahkan langsung menunduk, menghindari tatapan Habaek. Moo Ra menelepon Habaek waktu itu & mengabarkan kalau ingatan Joo Dong telah kembali.

So Ah pun pergi mengantarkan Habaek, akan akan tetapi mereka saling diam sepanjang perjalanan. Setibanya di sana, So Ah berusaha bersikap seperti biasanya. Karena sementara waktu lagi semua ini akan berakhir, So Ah meminta Habaek buat memberitahuakn batu dewa itu kepadanya jikalau Habaek telah menemukannya nanti.
Habaek tak menjawabnya & langsung keluar. So Ah bergumam menganggap kalau batu dewa itu mungkin juga tak kelihatan di mata makhluk fana. Dia lalu pergi, sementara Habaek masih berdiri di sana, menatap kepergiannya.

Tapi perhatiannya cepat teralih waktu Joo Dong memanggilnya & membentangkan kedua tangan. Habaek pun langsung memeluknya. Saat mereka berkumpul dengan, Joo Dong dengan antusias & gaya lucunya menceritakan pengalamannya waktu hilang ingatan.
Dia terbangun di rumah sakit tanpa punya ingatan apapun wacana siapa dirinya ataupun apa yang terjadi. Setelah meninggalkan rumah sakit, beliau menghabiskan waktunya sebagai gelandangan & berkelana ke berbagai loka. Dan sehabis berkeliaran kesana-kemari, beliau berakhir di kuil itu.

Habaek merasa aneh, masa iya Joo Dong kena petirnya Bi Ryeom lalu hilang ingatan. Moo Ra mengatakan kalau itu ulahnya Hoo Ye, beliau sendiri yang mengaku ke Bi Ryeom.

Habaek mengalihkan topik, bagaimana dengan batu dewanya? Joo Dong mengepalkan tangan. Saat beliau membukanya kembali, batu dewa itu ada secara ajaib di tangannya. Begitu ketiga batu dewa itu disatukan, ketiganya langsung bercahaya.
Moo Ra suka, akan akan tetapi Bi Ryeom tampak tak suka & menatap Habaek dengan iri. Habaek sendiri malah duka biarpun tujuannya mendapatkan ketiga batu dewa telah tercapai.

Joo Dong tiba-tiba ingat dengan tabletnya. Apa mereka melihatnya? Moo Ra & Bi Ryeom heran, kenapa juga Joo Dong membawa benda itu. Tidak akan ada gunanya juga. Loh, kan disuruh bawa.
"Aku yakin saya kehilangan sesuatu. Dimana saya menjatuhkannya?"

Moo Ra lalu mengantarkan Habaek pulang & Joo Dong menetapkan ikut dengan Habaek. Moo Ra menggerutu kesal, tak suka lantaran Habaek kembali ke rumahnya So Ah & ngapain juga Joo Dong ikut.
"Kudengar rumahnya Habaek terbuka keempat sisinya. Sarang cintamu & Bi Ryeom itu terlalu tertutup, cita rasanya menyesakkan." Kata Joo Dong.

Moo Ra sontak berhenti mendadak mendengar omongan Joo Dong itu. Apa maksudnya 'sarang cintanya & Bi Ryeom'? Joo Dong nir merasa galat ngomong kok. Ingat nir waktu Moo Ra & Bi Ryeom bertengkar dulu? Mereka berdua kan tunangan dulu, akan akan tetapi mereka nir menyempurnakan pernikahan mereka. Jadi malam ini mereka sanggup melakukan 'itu'.
Moo Ra sontak menjerit histeris. "Apa kau ingin saya menghancurkan lidahmu?"

Joo Dong akhirnya diam. Moo Ra pun berusaha menenangkan dirinya sebelum kemudian melanjutkan perjalanan mereka. Ngomong-ngomong wacana Bi Ryeom, Moo Ra merasa ada yang aneh dengan sikap Bi Ryeom.
Entah kenapa Bi Ryeom jadi sangat sensitif & dursila pada Hoo Ye, tampaknya beliau sengaja memprovokasi Hoo Ye. Okelah kalau Bi Ryeom nir mau bergaul dengan Hoo Ye, akan akan tetapi nir perlu hingga sejahat itu. Mereka juga sedang nir berada di alam Dewa, jadi kenapa juga beliau peduli dengan apa yang terjadi di sini.

"Kau bilang dialah yang membuahkan Joo Dong hilang ingatan."
Joo Dong mengoreksi, itu cuma benar setengahnya saja. Hoo Ye memang memakai kekuatannya, akan akan tetapi beliau melakukannya secara tak sengaja, mungkin lantaran kaget. Tapi Bi Ryeom meyakini kalau Hoo Ye melakukannya dengan sengaja. Makanya Moo Ra cemas kalau-kalau Bi Ryeom akan bikin perkara.

Soo Ri juga cemas, Hoo Ye itu manusia atau dewa. Jika beliau manusia, maka mereka nir diperbolehkan menyakitinya.

"Karena itulah saya cemas." Kesal Moo Ra.

Setibanya di rumah So Ah, Habaek melihat lampu depan nir nyalakan lagi. Dia menyalakannya & bimbang ingin mengetuk pintunya So Ah. Tapi tepat waktu itu juga, beliau melihat lampu di dalam rumah dimatikan. So Ah merenung duka di atas sofanya.

Joo Dong langsung suka dengan rumah ini. Lalu bagaimana dengan pemilik rumah ini? Soo Ri memperlihatkan diri buat memanggil So Ah, akan akan tetapi Habaek melarangnya lantaran So Ah tampaknya telah tidur.
Dia menatap pintu belakang yang menghubungkan loteng dengan rumahnya So Ah dengan duka & Joo Dong memperhatikan ekspresinya itu. Membicarakan perkara hamba dewa, Joo Dong ingat banyaknya dewa yang menentang hal itu waktu Bi Ryeom mengusulkan hal itu dulu.

Joo Dong merasa itu artinya perbuatan pengecut. Semua ini salahnya Dewa Negeri Langit, akan akan tetapi hanya manusia yang dihukum. Apa Habaek sendiri baik-baik saja? Dia tahu kalau Habaek berusaha keras melupakan perkara hamba dewa itu.

Habaek tampak canggung mendengarnya, teringat pembicaraannya dengan Imam Besar wacana hamba dewa & waktu itu beliau tampak canggung seolah pura-pura tak tahu wacana hamba dewa.

"Aku nir tahu apakah Imam Besar membantumu dengan cara ikut-ikutan pura-pura bodoh. Tentang bekas luka itu..."

"Aku nir pura-pura bodoh, saya sungguh lupa." Habaek menjamin kalau ingatan itu niscaya akan memudar seiring berjalannya waktu & Imam Besar tahu itu.

Tapi Joo Dong menatapnya tak percaya. Heran juga beliau, kenapa Habaek tampak muram padahal beliau telah menemukan ketiga batu dewa. Dan kenapa Moo Ra begitu ingin Habaek kembali ke Alam Dewa.

Keesokan paginya, Habaek masih menatap pintu belakang gudang dengan ragu. Tapi akhirnya beliau keluar lewat pintu depan. Tangannya ragu ingin mengetuk pintunya So Ah. Tapi tepat waktu itu juga, So Ah keluar buat berangkat kerja lebih pagi. Sepertinya beliau sengaja menghindari Habaek.

Sang Yoo baru saja tiba & langsung kaget melihat So Ah telah ada di dalam, bahkan sedang mengepel lantai. So Ah langsung ngomel-ngomel, mengkritiki Sang Yoo lantaran beliau datang terlambat. Sang Yoo galau, klinik mereka kan memang baru buka jam 10.
So Ah menegaskan kalau mulai kini, klinik mereka akan buka mulai jam 8 pagi hingga jam 8 malam. Mulai kini, mereka akan mendapatkan konsultasi tengah malam di hari senin, rabu & jumat. Promosikan itu di blog mereka.

So Ah tercengang waktu melihat suplemen ginseng di mejanya Sang Yoo. Sang Yoo mengatakan kalau Ma Bong Yeol yang menunjukkan ini untuknya, soalnya Bong Yeol bilang kalau beliau rada pucat. So Ah mendengus nyinyir, mungkin ginseng itu untuknya.
"Masa kau nir tahu Bong Yeol? Mau kutunjukkan? Dia jadi sangat kreatif menciptakan tutur-tutur umpatan."

Sang Yoo lalu membagikan beberapa box buat So Ah & mengambil alih tugas mengepel lantai. So Ah menatap Sang Yoo dengan rasa bersalah, teringat ucapan Yeom Mi bahwa Sang Yoo lebih mencemaskan So Ah ketimbang So Ah sendiri. Hoo Ye meneleponnya tak lama kemudian & minta bertemu siang ini.

Bi Ryeom bertemu Jin Gun di coffee shop sembari curhat kesal wacana ucapan Hoo Ye yang meremehkannya waktu itu. Jin Gun pun tampak kesal mendengarnya.

Ja Ya datang ke kantornya Hoo Ye pakai kacamata buat menutupi mata pandanya. Mungkin beliau nir sanggup tidur gara-gara back hug-nya Hoo Ye kemarin. Pokoknya, hari ini beliau bertekad buat menanyakan alasan Hoo Ye melakukan itu.

Dia berjalan dengan penuh percaya diri. Tapi begitu melihat Hoo Ye di depan, beliau malah takut & menghindar. Akhirnya yang dilakukannya hanyalah berkeliaran kesana-kemari membuntuti Hoo Ye & mengintipnya secara sembunyi-sembunyi.

So Ah datang tak lama kemudian. So Ah duduk dengan canggung, akan akan tetapi Hoo Ye mengatakan kalau beliau akan segera terbiasa lantaran So Ah akan seringkali datang kemari mulai kini. So Ah jelas galau maksudnya apa.
Hoo Ye memberitahu kalau kontrak penjualannya telah dibatalkan. Memang banyak yang menentang sebenarnya, akan akan tetapi mereka mengalah sehabis Hoo Ye meyakinkan kalau beliau akan membayar sanksi pembatalan kontrak.

So Ah berterima kasih. Tapi beliau nir sanggup membayar dendanya dengan cepat. Hoo Ye menyelanya & mengatakan kalau 1/2 dari sanksi itu sanggup So Ah bayar dengan cara menyumbangkan bakatnya ke perusahaan ini.

Bisnis perhotelan itu pekerjaan berat, lantaran itulah beliau meminta So Ah buat mengurus tekanan mental para pegawainya. 30 persen-nya sanggup So Ah bayar dengan bekerja di perkebunannya. So Ah sendiri kan pernah bilang buat menghubunginya saja jikalau beliau butuh bantuan.

Dan 20 persennya sanggup So Ah bayar dengan menjadi dokter pribadinya. Dia masih belum sanggup tidur nyenyak hingga kini. Karena itulah beliau meminta So Ah buat menjadwalkan sesi konsultasi untuknya dua hari dari kini.

Dan buat dua pekerjaan terakhir itu, Hoo Ye akan membayar So Ah dengan uang pribadinya yang akan ditransfer langsung ke rekeningnya. So Ah cuma sanggup tercengang mendengar semua itu.

Ja Ya minta bertemu dengan Sekretaris Min yang sontak kaget melihat mata pandanya Ja Ya yang seram itu. Dia bertele-tele tanya wacana apakah Sekretaris Min akan ke gereja hari minggu & apa maksudnya jikalau seseorang pria tiba-tiba memeluknya dari belakang?
"Itu namanya pelecehan seksual."

"Bukan begitu."

"Apa seseorang memelukmu dari belakang secara paksa? Seharusnya kau berbalik & tonjok pria itu!"

"Tidak. Dia bukan orang semacam itu! Maksudku... kenapa CEO Shin mendadak memelukku dari belakang?"

Sekretaris Min langsung malas. Jadi karenanya, Ja Ya kemarin tampak linglung? Sebaiknya beliau tidur saja. ja Ya nir terima dengan reaksi Sekretaris Min. Saat itu juga, Ja Ya melihat Hoo Ye datang dari kejauhan.

Dia sontak panik mau menyembunyikan dirinya. Tapi kemudian beliau melihat So Ah berjalan di samping Hoo Ye & langsung kesal melihatnya. Kenapa mereka berjalan dengan? Apa relasi mereka?
"Apa kau belum dengar? agenda pembangunan Block World di Gangwon-do telah dibatalkan." Ujar Sekretaris Min. Jaya sontak kaget mendengarnya.

Ja Ya menggerutu kesal sepanjang perjalanan ke loka kerja Kakeknya. Apalagi sehabis diberitahu kalau pembatalan itu lantaran So Ah & rencananya akan dipindahkan ke Chungcheong-do. Dia langsung menghubungi Kakeknya buat memberitahukan perkara ini & tanya apakah Ketua Shin punya tanah di Chungcheong-do.

Ketua Shin sontak marah-marah mendengar kabar itu. Kenapa So Ah nir mau menjual tanahnya. Mana Ja Ya tahu. Anak buahnya barusan mendapat telepon kalau ternyata alasan So Ah nir jadi menjual tanahnya artinya lantaran... kotoran macan tutul. Hahaha!
Masalahnya kini, Ketua Shin punya tanah di Chungcheong-do atau nir? Tidak, jawab Ketua Shin. Ja Ya langsung nyinyir, menyindir kakeknya itu. Selama ini Ketua Shin selalu pamer kalau beliau punya tanah di seluruh Korea, akan akan tetapi nyatanya beliau malah nir punya tanah di Chungcheong-do.

So Ah baru kembali ke klinik akan akan tetapi malah mendapati Ja Ya telah menunggunya di sana & langsung mengkonfrontasi So Ah yang dari dulu selalu bersikap nggak jelas. So Ah selalu berlagak seolah beliau kaya padahal beliau miskin. Juga si Sang Yoo itu, beliau gelandangan yang numpang hayati ke keluarganya So Ah, kan.
So Ah sontak kesal nir terima & mendekat, mau menghajar Ja Ya. Ja Ya sontak mundur & buru-buru menyinggung perkara So Ah yang batal menjual tanahnya cuma gara-gara kotoran. Yeom Mi datang waktu itu sembari menggerutui Ja Ya.

Ja Ya semakin nyinyir melihat kedatangan Yeom Mi. Tapi kemudian Yeom Mi pura-pura shock & menjamin ada hantu yang nempel ke Ja Ya. Aktingnya sungguh meyakinkan hingga-hingga Ja Ya ngeri ketakutan & langsung kabur sembari jejeritan histeris.
Dia bahkan langsung mewek melaporkan perkara hantu itu ke Kakeknya. Jelas saja Ketua Shin marah-marah, jangan mengatakan hal-hal yang sanggup menurunkan nilai jual gedungnya!

So Ah heran, dari mana Ja Ya tahu segala sesuatu tentangnya. Tentang pembatalan penjualan tanhanya & juga kesulitannya membayar sewa gedung. Dan kenapa juga beliau marah-marah. Apa beliau sungguh seperti yang Ja Ya tuduhkan padanya tadi.
Mana Yeom Mi tahu wacana bagaimana So Ah semasa SMA dulu. Dia yakin kalau yang Ja Ya pikirkan tadi artinya masa-masa SMA mereka. Dia yakin Ja Ya marah-marah bukan lantaran So Ah melakukan sesuatu, akan akan tetapi justru lantaran So Ah nir melakukan sesuatu. Seperti anak yang nir pernah belajar akan akan tetapi sanggup nilai bagus.

So Ah tersinggung, beliau selalu belajar dengan giat. Bukan itu maksudnya Yeom Mi. Dia mengaku datang hari ini lantaran tadi So Ah pertama kalinya ada dalam mimpinya. Dia melihat So Ah ketawa seperti orang gila lalu pergi.
Tapi wajah So Ah kok nir lezat dicermati, apa terjadi sesuatu? So Ah menjawab ambigu kalau beliau hanya sedang berusaha memecahkan soal matematika yang sangat rumit. Tapi kan So Ah selalu pintar dalam matematika.

"Iya, sih. Tapi perkara ini rada menakutkan. Jawabannya telah ditentukan. Tapi langkah-langkah yang kugunakan buat menyelesaikannya, nir dari dengan jawabannya."

"Berarti kau telah galat langkah."

"Mungkin. Karena itulah, lantaran itulah wajib menemukan nilai baru dari 'x' dengan segala cara. Jawaban yang nir akan menyakiti siapapun."

"Aku nir mengerti apa yang bicarakan. Tapi yang niscaya, matematika nir bersalah."

So Ah berjalan pulang sembari merenungkan ucapan Yeom Mi tadi. Memang benar, matematika nir bersalah. Baik beliau, Habaek ataupun orang lain, nir bersalah. yang nir bersalah nir boleh dihukum. Karena itulah, matematika yang nir bersalah, yang wajib disalahkan.
"Aku punya inspirasi baru yang hebat & misterius. Jawaban yang akan membuatku menepuk lututku & mengatakan 'itu beliau'. Jawaban yang nir akan membangun siapapun terluka." Batin So Ah waktu beliau melihat Habaek menunggunya di depan rumah.

Dengan keputusan baru itu, beliau mendekati Habaek & menyapanya seperti biasa seolah tak pernah terjadi apapun diantara mereka. Dia mengaku kalau beliau mengerjakan soal matematika sepanjang hari buat mencari nilai x & kini telah menemukan penyelesaiannya.
"Solusiku artinya... menghentikan semuanya hingga di sini."

Jawaban dari soal ini telah ditentukan & So Ah diberikan petunjuk bahwa kini artinya saatnya mengakhiri segalanya. So Ah menanyai diriku sendiri wacana bagaimana beliau wajib mengakhirinya. Dan beliau menetapkan kalau beliau wajib mengakhirinya dengan latif supaya semua orang merasa bahagia.

"Kumohon. Hanya itu satu-satunya cara supaya saya sanggup hayati sebagai warga kelas satu."

Habaek mendengarkannya dengan mata berkaca-kaca, "Kau ingin saya melakukan apa?"

"Mari kita bersikap seperti sebelum kejadian kemarin."

Habaek berusaha menahan emosinya & hanya menajwab dengan mengajak So Ah masuk.

Bersambung ke part 2

Bride of the Water God

By : INDONESIA SINOPSIS TOP - 10:19 AM - Add Comment

Tidak ada komentar:

Posting Komentar