Senin, 26 Februari 2018

Sinopsis Chicago Typewriter Episode 1 - 1

Sinopsis Chicago Typewriter Episode 1 - 1

Image source: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAWnOpZpvScdimmWvw2gfjCDWuCKIrpEoCLPvCMEaexs-3abQXf_dRaf4rKFGG-JH5EAkIIm3Kt1qbU179eSBdNGTxdb6Or_lpUJu3vCOiNWfiY4lJp6xQBUW2-n0k-RHNPgmeGN6j7t3Y/s1600/ct1+%252855%2529.jpg

Images Credit: tvN

Sinopsis Chicago Typewriter Episode 1 - 1

Suatu malam di bawah jembatan penyeberangan tempat nongkrongnya kaum tunawisma, beberapa gangster keluar dari dalam sebuah mobil glamor & langsung mencari seseorang. Di salah satu sudut, seseorang gangster memperhatikan wajah seseorang Tunawisma yang tampak sedang sibuk menulis.

Bukan orang yang dicarinya, tapi si Gangster sepertinya pernah melihat wajah si Tunawisma. Dia mencoba merogoh kacamata si Tunawisma, tapi si Tunawisma tiba-tiba langsung menyerangnya hanya untuk mencegah pria itu menyentuh wajahnya.

Si Gangster jadi emosi & langsung menarik kerah baju si Tunawisma & menghasilkan bukunya terjatuh. Si Gangster ingin mengambilnya, tapi si Tunawisma langsung mendorongnya. "Aku hidup dari ini," kata si Tunawisma.
Kesal, si Gangster hendak menyerang tapi si Tunawisma langsung cekatan menyerangnya duluan, "Aku juga butuh tanganku untuk hidup."

Si Gangster hendak menyerangnya lagi tapi tepat waktu itu juga, rekannya berteriak mengumumkan kalau mereka telah menemukan orang yang mereka cari. Si Gangster akhirnya melepaskan si Tunawisma, tapi melihat mereka menyerang seseorang Tunawisma lainnya, si Tunawisma itu langsung menggunakan kruk-nya untuk menghantam kaki si Gangster.

Gangster yang lain sontak beralih menyerangnya. Seorang dari mereka hendak menyerang wajahnya tapi Tunawisma itu langsung menggunakan kruk-nya lagi untuk menghalangi aksi si Gangster. "Maaf, tapi kau tidak sanggup memukul kepalaku. Ini adalah sumber kehidupanku."
Terlepas dari kelumpuhannya, Tunawisma itu sahih-sahih jago bela diri & menghajar para gangster itu dengan mudahnya. Seorang gangster menyerangnya dari belakang dengan melempar balok kayu barah. Tapi dia sanggup mengetahuinya & langsung memukulnya balik tepat mengenai muka si Gangster tadi.

"Siapa sebenarnya kau?"

"Kebodohan itu bukan sebuah kebaikan. Kalau kau punya banyak waktu untuk bertengkar, harusnya kau pakai itu untuk membaca buku," ujar si Tunawisma.

Dia lalu berjalan pergi, awalnya terpindang-pincang... tapi beberapa langkah kemudian, dia mulai berjalan lurus, sama sekali tidak pincang ternyata. Dia bahkan langsung melepaskan kumis & jenggot palsunya, menampakkan wajahnya yang masih muda & tampan.

Jelas dia bukan tunawisma karena dia balik  ke rumahnya yang sangat glamor & penuh dengan para pelayan yang menyambutnya, mereka bahkan tidak tampak kaget dengan penyamaran yang dilakukannya. Sekretarisnya bertanya apakah dia telah mendapatkan bahan yang bagus?
"Tentu saja, Nona Kang." Jawabnya sembari melepaskan penyamarannya.

Sambil membersihkan dirinya & ganti baju, pria itu bernarasi. "Seorang penulis tidak hanya menulis dengan otaknya. Tapi juga dengan tangan, kaki & bokongnya. Kadang, dia bahkan menyamar sebagai karakter yang timbul dalam tulisannya."
Pria itu adalah Han Se Joo, seseorang penulis novel terkenal bak selebritis. Dalam sebuah wawancara, dia ditanyai apa yang biasanya dilakukannya waktu sedang buntu ide. Dia menjawab bahwa buntu ide itu sebenarnya cuma bualan para pengeluh hanya supaya mereka sanggup minum-minum.

Tapi dia mengklaim kalau itu bukan ucapannya, dia cuma mengutip perkataan Steve Martin, yang merupakan seseorang aktor sekaligus penulis. Dan dia sangat sepakat dengan ucapannya itu.

Kembali ke meja kerjanya, Se Joo langsung membaca bahan-bahannya kembali & mulai mengetik. Sementara itu di luar, Sekretaris Kang menginstruksikan para pelayan untuk menyiapkan hidangan karena Se Joo akan selesai bekerja lima menit lagi. Para pelayan pun langsung menyiapkan secangkir cokelat lengkap dengan sepotong kayu cantik & juga sepotong kue stroberi.
"Menulis adalah mengukur seberapa akbar kekuatanmu. Aku berusaha untuk permanen sehat dengan mengontrol asupan makananku & berolahraga secara rutin. Tapi saya tidak sanggup meninggalkan kue stroberi & sokelat dengan adonan banyak gula & susu"

Tepat lima menit kemudian, Se Joo mengetik 'enter' & selesai lah pekerjaannya. Pelayan membawakan hidangan itu padanya, hidangan yang hanya dia rasakan sehabis pekerjaannya selesai. Menikmati hidangan itu cita rasanya misalnya sedang menghadiahi diri sendiri.
Alih-alih menghisap rokok, dia lebih memilih menghisap kayu manisnya bak menikmati rokok. "Apa timbul penulis kuno yang menghabiskan waktunya dengan merokok? Aku telah berhenti merokok sejak 2 tahun yang lalu. Batang kayu cantik ternyata sanggup jadi alternatif yang cukup bagus."

Sekretaris Kang masuk & langsung melaporkan berbagai kegiatannya Se Joo. Tapi Se Joo langsung menyela & mengeluhkan taman rumahnya yang menurutnya tampak suram, bagaimana kalau mereka pelihara rusa?... tidak butuh waktu usang, rusa-rusa itu telah nangkring cantik di halaman depan rumah Se Joo.

Versi Bahasa Inggris novel Se Joo yang berjudul 'Unfair Game', jadi New York Times Best Seller. Se Joo & tim agensinya pun terbang ke Amerika untuk melakukan tur keliling di 7 kota akbar.
Book signing-nya Se Joo diadakan di sebuah cafe bernuansa antik & dihadiri cukup banyak media & penggemar. Beberapa penggemar ngerumpi, menggosipkan kekaguman mereka akan goresan pena Se Joo.

Setelah acara usai & cafe kosong, Se Joo menghabiskan waktu membaca buku seseorang diri. Entah bagaimana, lampu dibelakangnya tiba-tiba menyala & lalu mulai berputar hingga menyoroti sebuah bola besi.
Sinarnya sontak menyilaukan mata Se Joo. Dan waktu dia mengalihkan tatapannya, dia melihat sebuah mesin ketik kuno di sana.

Entah kenapa mesin ketik kuno itu langsung menarik perhatiannya. Se Joo mendekat untuk memperhatikannya, benda itu kuno tapi masih kondisinya tampak masih bagus & yang paling menarik perhatiannya adalah keyboard-nya yang memakai huruf hangul.

Se Joo mengulurkan tangan hendak menyentuh mesin ketik itu... waktu tiba-tiba saja terdengar suara seseorang wanita "Apa kau tahu julukan pistol ini?"
Kontan Se Joo menarik kembali tangannya & celingukan mencari berasal suara. Tapi anehnya tidak timbul siapa-siapa. Saat Se Joo mengalihkan perhatiannya kembali ke mesin ketik... kita dibawa melihat errr... mungkin mayapada masa lampau.

Seorang pria yang wajahnya sama misalnya Se Joo (beda contoh rambut) tampak sedang mengetik dengan mesin ketik itu. Seorang wanita yang menyamar memakai kostum pria, datang meletakkan sebuah senjata yang cukup berat di mejanya Se Joo & menanyakan pertanyaan yang Se Joo dengar tadi, "Apa kau tahu julukan pistol ini?"
"Entahlah. Memangnya apa?" tanya pria yang mirip Se Joo itu.

"Karena suaranya mirip dengan suara mesin ketik. Dia dinamai 'Mesin Ketik Chicago'."

"Bagus sekali. Terus?"

"Sebuah pena lebih tajam dari sebuah pisau. Mesin ketik punya kekuatan yang lebih dari sebuah pistol."

"Lantas?"

"Kau wajib menulis sesuatu yang bagus. Jangan menulis hanya karena kau ingin mendapatkan popularitas & wanita. Tulislah sesuatu yang luar biasa."

Se Joo melamun menatap mesin ketik itu waktu pemilik cafe tiba-tiba datang & memberitahunya kalau mesin ketika itu sebenarnya berasal dari Korea & dibuat dengan tangan tahun 1930 di Kyungsung. Pemilik cafe mengalihkan perhatiannya dengan meminta menerangkan tangan.
Se Joo melayaninya dengan bahagia hati & bertanya apakah dia mau menjual mesin ketik itu kepadanya. Tapi pemilik cafe menolak permintaannya karena mesin ketik kuno itu dia dapatkan dengan harga yang cukup mahal di acara lelang. Dia memang penggemar beratnya Se Joo, tapi mesin ketik itu sangat berharga baginya.

Se Joo mengerti & tidak mempermasalahkannya lebih lanjut. Tapi tiba-tiba saja mereka mendengar suara barang pecah. Pemilik cafe langsung meletakkan bukunya di dekat mesin ketik lalu masuk kembali sembari marah-marah kepada seseorang yang dia panggil Hanna.

Se Joo pun berjalan pergi... waktu tiba-tiba saja dia mendengar suara yang memanggilnya, "Hei, bung!"
Suara yang anehnya misalnya berasal dari mesin ketik itu. Iiiiiiihhh! Tapi sepertinya tidak timbul yang aneh, Se Joo pun pergi.

Malam harinya, mesin ketik itu tiba-tiba bergerak & mulai mengetik dengan sendirinya. Wuih! Horor! Bahkan piringan hitam di dekatnya pun menyala dengan sendirinya.
Pemilik cafe terbangun mendengar suara-suara aneh itu. Mengira mungkin timbul penyusup, ia pun langsung bersiap dengan pistolnya sebelum turun mengecek keadaan. Tapi alih-alih mendapati penyusup, dia malah mendapati piringan hitamnya yang tadinya menyala tiba-tiba mati dengan sendirinya.

Tiba-tiba benda di dekatnya terjatuh dengan sendirinya. Refleks, pria itu pun langsung menembakkan senjatanya. Saat dia menembak berasal untuk kedua kalinya, piringan hitam itu tiba-tiba berbunyi lagi & mesin ketik berhantu itu kembali bergerak mengetik dengan sendirinya berulang kali, lalu tiba-tiba saja kursi-kursi di sekitarnya berjatuhan seolah timbul kekuatan tidak terlihat yang menjatuhkannya.
Pria itu kontan melarikan diri ketakutan ad interim mesin ketik itu terus mengetik kalimat yang sama berulang kali, "Kirimkan saya kepada Han Se Joo."

Di tempat lain, seseorang pria misterius menembakkan 3 buah peluru melubangi poster wajahnya Se Joo. Senjata yang digunakannya, dia buat dengan keahlian tangannya sendiri.

Seorang wanita masuk ke sebuah toko buku & langsung merogoh dua copy buku-nya Se Joo. Dia adalah Jeon Seol, salah seseorang penggemar beratnya Se Joo. Saat dia mencium aroma buku itu, Ma Bang Jin - temannya sekaligus pekerja di toko buku itu, memukul kepalanya sembari mengomelinya. Dia mau beli lagi? Dia bahkan tidak punya tempat tinggal sendiri, apa dia mau membangun istana?
"Para maniaklah yang membarui mayapada, tahu! Yang dibutuhkan mayapada ini adalah para maniak."

Sambil menatap posternya Se Joo, Jeon Seol terkagum-kagum mengomentari bakat menulis Se Joo sekaligus ketampanan Se Joo. "Ketampanan saja mungkin sanggup digunakan untuk menyelamatkan negara."

"Ada rumor yang berkata kalau dia menulis dengan menggunakan oto perutnya & menjual dengan tampangnya."
Jeon Seol sontak tersinggung mendengarnya & langsung menarik baju Bang Jin, siapa yang berkata itu? Bang Jin sampai ketakutan melihat tatapan kejam Jeon Seol, itu cuma rumor kok, cuma rumor. Ponsel Jeon Seol berbunyi waktu itu & baru waktu itulah Jeon Seol melepaskan cengkeramannya.

Seorang pelanggan menelepon untuk memintanya datang ke Bandara Incheon & merogoh sebuah barang. Jeon Seol dengan ramah mengiyakannya, tapi sikapnya berubah menakutkan waktu dia kembali ke Bang Jin & berkata kalau Bang Jin bertemu si brengs*k yang menyebarkan rumor itu, katakan padanya kalau Jeon Seol akan mematahkan lehernya. "Kuharap orang itu bukan kau."
Bang Jin langsung memegangi lehernya dengan takut-takut. Setelah Jeon Seol pergi, Bang Jin langsung menggerutui keanehan Jeon Seol. Beberapa rekan kerja Bang Jin bertanya apakah Jeon Seol yang selama ini menghabiskan semua stok bukunya Se Joo? Bang Jin membenarkannya. Jeon Seol itu apa memangnya? Editor?

Bukan. Bang Jin bercerita bahwa Jeon Seol itu adalah maniak legendaris sekaligus penulis fanfict legendaris. Jika biasanya anak-anak menulis fanfict tentang para penyanyi idol mereka, Jeon Seol justru menulis fanfict untuk penulis kesukaannya. Dia adalah pelopor.

Jeon Seol telah keras ketua sejak dia masih mungil. Dalam flashback, kita melihat Jeon Seol mungil menutup buku yang dibacanya lalu menyatakan kalau dia mau menikah dengan seseorang penulis. Teman-temannya bingung kenapa, tapi Jeon Seol mungil juga bingung tidak tahu kenapa, pikiran itu datang begitu saja sejak dia masuk sekolah.

Dia juga mewarisi bakat panjat tebih dari Ayahnya & jago dalam beberapa ilmu bela diri. Waktu remaja, dia pernah bermimpi sanggup masuk Olimpiade. Tapi dia menyerah karena alasan pribadi. Selain itu, dia juga cukup pintar.
Dia bahkan sanggup masuk sekolah kedokteran hewan hanya dengan persiapan selama setahun saja. Semua orang berharap dia sanggup sebagai dokter hewan yang sukses. Tapi dia menyerah lagi, lagi-lagi karena alasan pribadi.

Rekan-rekan kerja Bang Jin mendesah menyayangkannya, orang tuanya Jeon Seol niscaya kecewa. Tapi Bang Jin berkata bahwa kisah Jeon Seol mungkin tidak akan berakhir semenyedihkan ini jika orang tua Jeon Seol terdapat. Apa dia anak yatim? Bisa dibilang begitu lah.

Saat ini Jeon Seol melakoni berbagai pekerjaan paruh waktu yang sanggup dia temukan. Dan karena itulah dia dijuluki 'Pekerja Paruh Waktu Legendaris'. Mengingat dia punya banyak julukan legendaris, rekan kerja Bang Jin berkomentar kalau Jeon Seol niscaya hebat.
"Hebat apaan, dia itu gila lebih tepatnya. Sekarang, dia tidak lebih dari seseorang cewek cerdas yang tergila-gila kepada seseorang penulis."

Saat berhenti di lampu merah, Jeon Seol mesam-mesem kagum menatap posternya Se Joo yang tertempel di bis. "Dia tidak tertandingi. Dia niscaya pernah menyelamatkan negara di kehidupan sebelumnya."

Sementara itu di bandara, Jeon Seol baru saja mendarat & langsung disambut media & para penggemarnya yang jejeritan. Jeon Seol tiba waktu itu & waktu melihat Jeon Seol di sana, dia langsung mengejar Se Joo & lupa dengan pekerjannya.
Dia hendak memotret waktu dia menerima sms dari pelanggannya yang marah menanyakan keberadaannya, dia ketakutan. Kesal, tapi Jeon Seol terpaksa wajib mengurus pekerjannya.

Pelanggan wanita bernama Hanna Kim itu, tampak gugup & cemas menantikan kedatangan Jeon Seol yang tidak kunjung tidak. Begitu Jeon Seol datang, dia langsung marah-marah & tidak mau terima alasan apapun.
Dia menampakan barangnya & memberitahu Jeon Seol untuk memastikan dia mengirimkan barang itu langsung kepada orangnya & bilang saja kalau ini hibah dari pemilik cafe di Chicago.

Dia langsung pergi tanpa berkata kepada siapa barang itu wajib dikirim. Jeon Seol membaca labelnya & mendapati nama penerima barang itu adalah Han Se Joo. Sontak dia kaget, apa mungkin Han Se Joo yang itu?

Se Joo masih terus mengetik dalam perjalanan balik  ad interim CEO agensinya terus nyerocos tiada henti. Saat CEO Gal memprotes kerja gilanya, Se Joo santai menanggapinya. "Menurutmu karena siapa saya jadi gila kerja misalnya ini? Ada banyak yang wajib kutulis. Bagaimana mungkin saya sanggup santai?! Kalau kau punya kesadaran, berhentilah memberiku pekerjaan."
CEO Jal langsung bungkam seketika & beralih menanyakan reservasi restoran.

Di restoran, waktu si ketua koki melihat pelanggannya adalah Se Joo, dia tampak jadi lebih antusias meneriakkan berbagai perintah kepada para anak buahnya. CEO Gal sendiri nyerocos tentang berbagai rencana bisnisnya dari novelnya Se Joo.
Se Joo males mendengarkannya, malah ngobrol sendiri dengan Sekretaris Kang & mengacuhkan CEO Gal. Sekretaris Kang cemas jika Se Joo sendirian di rumah mengingat para pelayan sedang liburan, ditambah lagi dengan adanya insiden penguntitan beberapa waktu yang lalu. Se Joo santai, dia akan baik-baik saja. CEO Gal kontan emosi diacuhin.

Saat dessert dihidangkan, Koki menghampiri mereka untuk minta menerangkan tangan... untuk temannya, dia penggemar beratnya Se Joo & teman yang dimaksudnya itu adalah Jeon Seol. Se Joo pasang senyum ramah menurutinya, tapi si Koki minta satu menerangkan tangan lagi untuk dipajang di restorannya. Senyum ramah Se Joo kontan luntur seketika, tapi dia permanen bersabar menuruti permintaan si Koki.
Puas mendapatkan menerangkan tangan, si Koki membagikan sebuah fortune cookie untuknya. Dia mengklaim kalau ramalan dalam fortune cookie itu biasanya lumayan tepat. Se Joo menerimanya tapi nanti saja dia buka.

Bersambung ke part 2

Chicago Typewriter

By : INDONESIA SINOPSIS TOP - 8:33 PM - 3 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar