Rabu, 17 Januari 2018

Sinopsis The Eternal Love Episode 9 - 1

 Sinopsis The Eternal Love Episode 9 - 1

Image source: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhPVg20wZS6y9ZgLJy-Tnwov_g7BkCvhddreAV5a9Hp24O2zLh3QWsirn3FekPUN1u7pVDIIUGRBgLAFZBL9PnPZFtZZgvCbjaixrDuF-arJyBQuCG4rJR-sVWgJAn6I0MU11MbAge0Zg/s1600/el45.jpg

Images Credit: QQLive

Sinopsis The Eternal Love Episode 9 - 1

Entah apa yang terjadi sehabis jatuhnya mereka ke jurang, kini Xiao Tan sudah tidur hening kepada rumah kepada tengah hutan itu & Lian Cheng sendiri sedang santai baca kitab.

Xiao Tan akhirnya bangun tidak usang kemudian & mendapati dirinya sudah ganti baju. Dia eksklusif ngomel-ngomel kesal ke Lian Cheng & menuduh Lian Cheng merencanakan seluruh yang terjadi hari ini. Ternyata kepada dasar jurang itu timbul danau, makanya mereka sanggup selamat.

Lian Cheng mengaku kalau planning awalnya artinya mengajak Xiao Tan keluar rumah biar beliau sanggup berendam kepada sumber air panas & tidur siang menggunakan nyenyak.
"Kau nir usah cemas, saya sudah menyuruh Yu Hao buat berjaga kepada luar. Jadi kau nir usah khawatir ataupun berterima kasih padaku."

"Dasar kep*rat! Hari ini kau hampir membuatku kena serangan jantung & kau ingin saya berterima kasih?"

Xiao Tan mau turun dari ranjang, tapi malah mengernyit kesakitan kepada kakinya. Lian Cheng sontak menunduk buat memijat kaki Xiao Tan. Saat beliau menengadah menatap Xiao Tan, Xiao Tan eksklusif menunduk memalukan-memalukan.
"Kenapa? Apa saya menggodamu?"

"Jangan narsis!"

Lian Cheng tersenyum mendengarnya. Dia kemudian membantu meletakkan kaki Xiao Tan ke dalam selimut & tanya kenapa Xiao Tan menyelamatkannya hari ini. Xiao Tan menyangkal, beliau nir menyelamatkan Lian Cheng, beliau cuma tidak sengaja kepleset.
"Dan kau kebetulan kepleser ke arahku?"

"Betul! Persis begitu!"

Baiklah. Lalu apa pendapat Xiao Tan mengenai percobaan pembunuhan hari ini? Xiao Tan ketus, beliau nir tahu. Tapi Lian Cheng terus memaksa, beliau nir tahu atau nir mau membicarakannya?

Xiao Tan tahu kalau Lian Cheng mau bilang itu ulahnya Yi Huai, bukan? Tapi dari Xiao Tan, bukan Yi Huai pelakunya. Lian Cheng cemburu, apa Xiao Tan begitu mempercayai Yi Huai?
"Ini bukan persoalan kepercayaan. Kebenarannya timbul kepada depan kita. Siapapun mutlak akan berpikir begitu. Jika mereka hanya menginginkan benda itu, mereka sanggup saja membunuh kita. Tapi dicermati dari situasinya, mereka nir ingin membunuh kita."

"Lalu bagaimana menggunakan panah itu?"

"Waktu itu, saya sempat melihat dua sosok orang. Kurasa mereka berdua nir bekerja sama menggunakan para pembunuh itu. Kurasa mereka sanggup memanah kakimu biar kau nir sanggup lari lagi."

"Apa kau sangat yakin kalau pembunuh itu bukan orangnya Mo Yi Huai?"

Kesal, Xiao Tan protes meminta Lian Cheng buat nir menyebut nama orang itu lagi. Kepalanya serasa mau meledak begitu beliau mendengar nama itu. Lian Cheng tersenyum mendengarnya. Baiklah, beliau nir akan menyebutnya lagi.

"Tapi persoalan kau menyelamatkanku, bagaimana saya wajib membayarmu?" Goda Lian Cheng.
Xiao Tan sontak melindunginya dirinya menggunakan merapatkan selimutnya, "Kau mau apa?"

"Aku mau istirahat."

"Nggak boleh! Ranjang ini milikku seutuhnya!" Panik Xiao Tan sembari membentangkan tangannya biar Lian Cheng nir berbaring kepada sana.

Tapi tentu saja Lian Cheng menggunakan santainya menyingkirkan tangan Xiao Tan & berbaring kepada sisinya sembari menatapnya menggunakan intens hingga Xiao Tan memalukan dibuatnya. Xiao Tan berusaha berbalik, tapi usahanya itu malah membuatnya mengernyit kesakitan.
Lian Cheng eksklusif membantunya bangkit menggunakan cemas. Lukanya Xiao Tan memang sudah diperban, tapi beliau ettap wajib memulihkan diri. Dia wajib diperiksa tabib istana. Lian Cheng pun segera menyuruh Yu Hao buat menyiapkan kuda.

Begitu tiba kepada rumah, Lian Cheng bergegas membopong Xiao Tan ke kamarnya. Tapi kedua selir malah menghalangi jalannya sembari ribut mencemaskan peristiwa percobaan pembunuhan itu. Lian Cheng sontak kesal & membentak mereka buat minggir.

Tapi bentakannya itu membentuk Xiao Tan terbangun & protes, "Teriakanmu sangat keras, siapa yang sanggup tidur kalau begitu? Turunkan saya."
Lian Cheng menolak, "Aku nir akan pernah melepaskanmu lagi. Jangan pernah kau berpikir buat pergi dari sisiku."

Lian Cheng bergegas membawa Xiao Tan masuk & membaringkannya kepada ranjang. Dia kemudian menyampaikan jubahnya buat menyelimuti Xiao Tan & menyuruh Jing Xin membantu Xiao Tan mandi.
Dia sendiri timbul urusan & akan kembali lagi nanti. Lian Cheng pun keluar & Xiao Tan menatap kepergiannya menggunakan tersipu memalukan.

Jing Xin memperhatikan, sepertinya timbul yang berubah dalam interaksi Xiao Tan & Lian Cheng. Apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka berdua semalam?
"Tidak timbul yang berubah," sangkal Xiao Tan.

Dia memberitahu kalau Yi Huai mengirim pembunuh, makanya beliau nir sanggup tidur menggunakan nyenyak kemarin. Dan kepada kurang pandai Mo Lian Cheng itu malah menipunya hanya buat membawanya ke sumber air panas. Lian Cheng itu jelas-jelas sudah merencanakannya & sengaja menakutinya.

"Apa? Rumah sumber air panas? Jadi kalian berdua... Xiao Tan... kau...! Kau & Pangeran nir... nir melakukan itu, kan?"

"Aiya! Apa sih yang dipikirkan otakmu itu? Aku ketakutan sepanjang hari, saya mana punya waktu buat memikirkan hal semacam itu?"
Jing Xin lega mendengarnya. Baguslah, kalau begitu. Xiao Tan penasaran, jikalau Tan Er tahu kalau Yi Huai mengirim pembunuh, beliau mutlak akan sangat duka, kan?

"Dia itu sudah sangat menyedihkan. Ini salahku. Lain kali waktu kau bertemu nonamu lagi, kau wajib mewakiliku meminta maaf padanya. Bilang padanya bahwa mulai kini kita wajib berhenti bertengkar."
"Xiao Tan, apa kau sungguh-sungguh?"

Xiao Tan mengangguk sungguh-sungguh. Syukurlah, Jing Xin sungguh bahagia mendengarnya. Belakangan ini waktu mereka berdua bertengkar, beliau sungguh sangat lelah lantaran mereka.

"Baiklah, baiklah! Lain kali saya akan memberimu seluruh makanan enak. Anggap saja itu menjadi kompensasi untukmu." Janji Xiao Tan. Senang, Jing Xin pun pergi menyiapkan bak mandi buat Xiao Tan.

Di luar, Lian Cheng memerintahkan Yu Hao buat pergi ke balai pengobatan kerajaan & bilang ke tabib kalau Tan Er terluka parah & nyawanya dalam bahaya. Dia menginstruksikan Yu Hao buat membentuk keributan besar.

Xiao Tan hendak melepas lapisan terakhir baju dalamnya waktu tiba-tiba saja Lian Cheng masuk lagi. Xiao Tan eksklusif protes, kenapa beliau balik lagi? Jing Xin ke mana?
"Apa kau memalukan?" Goda Lian Cheng.

"Semua wanita mutlak akan memalukan."

"Aku sudah familier menggunakan setiap jengkal kulitmu."

"Kau...!"

Lian Cheng tiba-tiba mendekat kemudian tanya apakah beliau sanggup berakting pretensi sakit? Tentu saja. Biarpun beliau nir pandai dalam hal lain, tapi berakting sakit & perlop artinya keahliannya.
"Baguslah. Bagaimana kalau kau membentuk pertunjukan yang mengagumkan bersamaku?"

Tak usang kemudian, Tabib Gao tiba memeriksa Xiao Tan. Dia yakin kalau Tan Er nir sakit, hanya luka ringan saja. Lian Cheng ngotot kalau istrinya sakit & terluka parah, bagaimana sanggup beliau bilang kalau Xiao Tan nir sakit?
Masa menjadi tabib yang sudah berpengalaman, beliau nir sanggup mengetahui kalau nyawa istrinya sedang dalam bahaya? Apa beliau maupun perlu terluka parah mirip istrinya biar beliau sanggup mengetahuinya? Tabib Gao sontak ketakutan, beliau nir berani.

"Karena kau nir sanggup mendiagnosisnya, berarti luka istriku sangat amat parah. Dia terluka separah itu hingga kau bahkan nir sanggup mengobatinya. Jika sekali lagi saya mendengar istriku nir terluka parah, saya akan membentuk perhitungan denganmu!"

Ketakutan, Tabib Gao pun berniat memeriksa Xiao Tan lagi. Tapi tiba-tiba saja Xiao Tan berakting kejang-kejang.
Tabib Gao shock, sepertinya nyawa Xiao Tan sungguh dalam bahaya. Kalau begitu beliau akan kembali lagi nanti buat menemukan cara mengobati Xiao Tan. Dia akan melaporkan persoalan ini kepada Kaisar & Ibu Suri maupun. Lian Cheng & Jing Xin sungguh wajib berusaha menahan tawa melihat itu.

Begitu Tabib Gao pergi, Xiao Tan pun mengakhiri akting alay-nya. Bagaimana aktingnya? Bagus, kan? Dia sanggup mirip ini lantaran tidak jarang latihan pretensi sakit & malas-malasan.
"Kau itu terlalu nakal. Aku hampir ketawa tadi. Kelak, kau wajib menguranginya sedikit."

Yu Hao tiba buat melaporkan kedatangan Jing Xuan yang mau menjenguk Xiao Tan. Xiao Tan eksklusif antusias mau ketemu Jing Xuan.

Tapi Lian Cheng eksklusif menghentikannya sebelum beliau sempat bangkit & memerintahkan Yu Hao buat menyuruh Jing Xuan menunggu kepada perpustakaan. Jing Xun bahkan nir mau masuk kemari tanpa seizinnya. Xiao Tan cemberut kesal mendengarnya.
"Kelak, kau dilarang tertarik kepada laki-laki lain selain saya." Tegas Lian Cheng. Xiao Tan pun tersipu memalukan dibuatnya.

Lian Cheng kemudian pergi menemui Jing Xuan yang eksklusif merengut protes. Lian Cheng kejam sekali hingga nir mengizinkannya bertemu kakak iparnya. Lian Cheng balas mengatai adiknya yang semakin nir sopan itu. Bukannya melakukan sesuatu yang serius, beliau malah terus mengunjungi kakak iparnya.
Tapi Jing Xuan sudah melakukan apa yang Lian Cheng perintahkan. Dia menunggu kepada bawah gunung didasarkan  perintah Lian Cheng. Dan didasarkan  anggapan Lian Cheng, beliau melihat sekelompok pembunuh memegangi sebuah kotak perak.

"Aku mengawasi mereka menggunakan seksama. Coba tebak, kotak perak itu berakhir kepada mana?"

"Kediaman Pangeran Pertama."

Tepat sekali! Bagaimana sanggup Lian Cheng menebak hingga sejitu itu. Lian Cheng sudah memperkirakannya sejak beliau mendengar Yi Huai menyebut Mutiara Penekan Jiwa. Dia yakin kalau Yi Huai akan bergerak.
"Kali ini, akhirnya saya punya laba. Sepertinya Ayahanda akan menghukumnya."

"Kakak ke-8 sungguh pandai melihat ke depan."

Lian Cheng punya ilham lain kemudian memerintahkan Jing Xuan buat membuatkan isu tentangnya & Tan Er yang diserang & kini nyawa Tan Er dalam bahaya. Semakin heboh beritanya, semakin mengagumkan.

"Dan kau maupun wajib membentuk seakan para pembunuhnya artinya orang suruhan Yi Huai."

"Jangan khawatir, Kakak ke-8."

Bersambung ke part 2

The Eternal Love

By : INDONESIA SINOPSIS TOP - 1:46 PM - 10 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar