Selasa, 16 Januari 2018

Sinopsis Suspicious Partner Episode 31

 Sinopsis Suspicious Partner Episode 31

Image source: http://d263ao8qih4miy.cloudfront.net/wp-content/uploads/2017/06/SuspiciousPartner31-32-00666.jpg

Images Credit: SBS

Sinopsis Suspicious Partner Episode 31
Episode 31: Penemuan Ingatan.

Mereka berjalan bergandengan tangan, tapi Ji Wook betul-betul cemas menyadari ada yang aneh dengan tatapan Bong Hee padanya dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya hendak Bong Hee lakukan.

Bong Hee tiba-tiba berhenti berjalan dan menoleh ke Ji Wook. Dia berusaha menarik tangannya, tapi Ji Wook semakin mempereratnya, berusaha mencegah apapun yang ingin Bong Hee lakukan.
Tapi Bong Hee permanen melepaskan genggaman tangannya dan mengatakan, "Mari kita putus."

Ji Wook bertanya semenjak kapan Bong Hee mengetahuinya. Bong Hee melempar pertanyaan itu balik ke Ji Wook, semenjak kapan Ji Wook memahami ihwal Ayahnya. Ji Wook mengatakan baru belakangan ini.
"Lalu kenapa kau tidak pernah memberitahuku? Kenapa kau menderita seorang diri?"

Karena semua itu tidak masalah bagi Ji Wook. Dia tidak peduli Ayahnya Bong Hee orang seperti ini. Bong Hee tanya, bagaimana jikalau itu masalah bagi dirinya. Baiklah, kalau begitu katakan apa yang Bong Hee permasalahkan dan apa yang bisa menciptakan perbedaan.

Rasanya menyakitkan melihat Ji Wook menderita karena dirinya. Selain itu, Ayahnya bukan seseorang seperti yang Ji Wook pikirkan, tapi dia bahkan tidak bisa menerangkan itu. Dan diatas semua itu, dia tidak senang saja dengan situasi mereka ini.

Air mata Bong Hee mengalir saat dia bersikeras mau putus dan usahakan Ji Wook jangan coba-coba untuk membarui pikirannya. Tapi Ji Wook menolak, dia tidak mau melepaskan Bong Hee.

Tapi keputusan Bong Hee sudah lingkaran, tak peduli seberapa keras Ji Wook berusaha menghentikannya, dia akan permanen pergi. Bong Hee langsung berjalan pergi, tapi Ji Wook bahkan tidak mengejarnya.
Dia terus berjalan dan berjalan sembari berusaha meyakinkan dirinya kalau dia sudah melakukan hal yang betul. Sesaat dia cemas kalau dia sudah menciptakan kesalahan. Tapi sedetik kemudian, dia terus meyakinkan dirinya kalau dia melakukan hal yang betul.

Ji Wook kembali ke tempat tinggal dan langsung membuka kamarnya Bong Hee. Tapi Bong Hee tak ada di sana.

Tak punya tempat tujuan, Bong Hee akhirnya pergi ke rumahnya Ji Hye. Berusaha tidak memperlihatkan kesedihannya, dia langsung pasang senyum dan tanya apakah dia boleh menginap di sini.
Ji Hye mau menutup pintu, tapi Bong Hee menjegalnya dengan kakinya dan langsung nyelonong masuk dan menyatakan kalau dia mau menginap beberapa hari di sini. Dia sedang ada masalah pribadi dan tak punya tempat tujuan. Dia tidak bisa pindah ke tempat tinggal orang tuanya karena dia sudah hayati mandiri kini.

Ji Hye terus protes, kenapa Bong Hee musti tinggal di rumahnya. Tak peduli, Bong Hee langsung berbaring di sofa, dia akan tidur di sini. Kesal, Ji Hye mengingatkan kalau mereka saling membenci, jadi usahakan Bong Hee tinggal saja bersama orang yang dia cintai.

Bong Hee beralasan kalau dia melakukan itu pada orang yang dia sukai, itu tidak sopan namanya. Makanya dia lebih menentukan tinggal di tempat tinggal orang dia benci. Kesal, Ji Hye bertanya-tanya apakah Bong Hee sedang balas dendam.
Bong Hee mengangguk, ini pembalasan dendam dan eksekusi bagi Ji Hye. Ji Hye punya banyak hutang kepadanya, haruskah dia mendata semua hal jahat yang selama ini Ji Hye lakukan kepadanya? Tak bisa mendebatnya lagi, Ji Hye akhirnya menyerah.

Saat itulah Bong Hee mengakui kalau dia merasa sengsara dan murung. "Setelah menyakitinya, saya bertanya-tanya sepanjang hari, apakah saya melakukan hal yang betul atau tidak. Aku tak memahami apakah saya sudah gila atau sinting. Aku merasa ingin mangkat saja."
Tapi selesainya melihat Ji Hye, kini dia ingin bertahan hayati lagi. Melihat Ji Hye masih hayati, dia jadi punya asa untuk terus berjuang dan bertahan hayati. Ji Hye kontan membentaknya dengan kesal. Tapi Bong Hee lapang dada meminta Ji Hye untuk tidak membentaknya, karena dia betul-betul sedang murung kini.

Malam harinya, Bong Hee merenung murung sepanjang malam, teringat semua kenangan latif dan romantisnya bersama Ji Wook. Air matanya mengalir kala teringat saat Ji Wook memintanya untuk tidak pergi meninggalkannya apapun yang terjadi.

Keesokan paginya, Ji Hye mendapati Bong Hee masih berbaring di sofa. Tapi hari ini Bong Hee merasa tidak enak badan dan meminta Ji Hye untuk mengecek suhu tubuhnya. Ji Hye cuma memberinya termometer.
Tapi alat itu mengatakan kalau suhu tubuh Bong Hee 37 derajat, yang artinya suhu tubuhnya masih termasuk normal. Bong Hee tiba-tiba menunjukkan diri untuk bekerja jadi supirnya Ji Hye, dia pandai memarkir mobil loh. Tapi Ji Hye menolak.

Saat itu juga, Bong Hee di-sms Ji Wook yang mengabarkan jadwal ulang meeting. Tapi Bong Hee ragu, mana bisa dia bekerja dalam kondisi seperti ini. Ji Hye mendesah melihat perilaku Bong Hee itu, dia betul-betul keras koordinator untuk berukuran seseorang yang tidak memiliki apapun.
"Kau pikir kau bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan lain selain firma aturan aneh dan gila itu? Tidak akan. Buang saja harga dirimu dan pergilah bekerja."

Ji Hye tidak peduli dan tidak tertarik dengan kehidupan cinta Bong Hee. Tapi dia butuh uang jikalau dia mau berkencan dengan seseorang. Apa Bong Hee mau terus hayati dengan terus bergantung pada orang lain.

Bong Hee akhirnya naik bis ke kantor. Dia ragu saat hendak turun, tapi akhirnya dia berusaha memantapkan diri untuk turun. Hanya ada Ji Wook saat dia tiba, tampaknya Ji Wook sengaja supaya mereka bisa bicara berdua.
Bong Hee langsung menyerahkan surat pengunduran dirinya. Dia mengaku kalau dia sebenarnya ragu mau menyerahkannya atau tidak. Tapi pada akhirnya, inilah keputusannya dan dia berterima kasih pada Ji Wook atas segalanya.

Tapi Ji Wook menolak surat pengunduran diri itu dan mengingatkan Bong Hee akan kontraknya. Jelas dalam kontrak kerjanya kalau dia wajib bekerja di sini selama 2 tahun. Jadi kalau dia mau pergi, maka dia bisa melakukannya selesainya masa kontraknya terselesaikan.

Saat Bong Hee hendak protes, Ji Wook mengingatkannya untuk misahkan perasaan pribadi dengan masalah pekerjaan. Dia bersikeras mau membahas masalah pekerjaan saja hari ini, dia belum siap membahas ihwal apa yang terjadi diantara mereka.

"Bong Hee, apa kau pikir pekerjaan ini lelucon?"
"Tidak, tapi situasi ini..."

"Aku sudah bilang padamu untuk menarik batas antara urusan pekerjaan dengan perasaan pribadi. Jangan melepaskan pekerjaan semudah itu. Mejamu di sana, apa kau pikir gampang mendapatkan tempat itu? Jangan mengkhianati mereka yang kau percayai dan orang-orang yang mempercayaimu. Bijaksanalah."

Bong Hee meminta maaf perihal masalah pekerjaannya. Tapi terlalu sulit baginya untuk bekerja seolah tak pernah terjadi apapun dalam situasi seperti ini. Dia konfiden kalau Ji Wook juga merasa begitu.
Setiap kali melihatnya, Ji Wook akan teringat ayahnya. Dan setiap kali itu terjadi, Ji Wook akan merasa pada ayahnya dan kepadanya. Semua itu hanya akan membuatnya terluka. Karena itulah dia ingin berhenti.

Ji Wook bersikeras kalau Bong Hee sudah melewati batas-batas kini ini. Apa yang dia rasakan merupakan masalah pribadinya dan dia akan mencari memahami sendiri apa yang wajib dilakukannya, dan usahakan Bong Hee mengkhawatirkan masalahnya sendiri saja.
Oke, begini saja. Dia akan menunjukkan cuti liburan untuk Bong Hee. Selama itu, Bong Hee bisa memikirkan segalanya secara rasional. Dia juga akan berpikir. Hanya ini konvensi yang bisa dia buat. Bagaimana? Bong Hee putusan bulat. Begitu Bong Hee pergi, Ji Wook langsung merobek surat pengunduran diri itu.

Ji Wook lalu pergi mendatangi Jaksa Jang untuk menanyakan masalah kebakaran orang tuanya. Dia mengaku terpaksa bertanya pada Jaksa Jang karena sebagian besar file masalah itu sudah hilang dan karena Jaksa Jang lah yang menangani masalah itu.
Dia lalu to the point bertanya kenapa sebenarnya orang tuanya dibunuh. Jaksa Jang mengatakan kalau itu pembunuhan balas dendam karena sebelumnya, si pelaku didakwa.

Tapi tentu saja pernyataan Jaksa Jang menciptakan Ji Wook semakin bertanya-tanya, masalah Eun Man Soo yang sebelumnya kan masalah penyerangan mini. Jadi kenapa Eun Man Soo wajib membalas jaksa yang bertanggung jawab.

Jaksa Jang berkelit kalau dia tak memahami, dia hanya tanya kalau Eun Man Soo selalu protes ke kejaksaan. Lalu suatu hari, dia ditemukan mangkat di lokasi kebakaran. Ji Wook mendengus tak percaya mendengarnya, lalu bagaimana bisa Jaksa Jang menyimpulkan kalau Eun Man Soo lah pelakunya?

Tapi Jaksa Jang menjamin bahwa Ji Wook sendirilah yang menunjuk Eun Man Soo menjadi pelakunya. Ji Wook sendiri yang bilang kalau Eun Man Soo yang menyulut barah dan membunuh orang tuanya.

Ji Wook tercengang mendengarnya. Ucapan Jaksa Jang terang tidak selaras dengan ingatannya ihwal Jaksa Jang yang pernah memberitahunya kalau Eun Man Soo merupakan pembunuh orang tuanya. Bingung, Ji Wook berjalan pergi dengan linglung seraya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya dia lihat waktu itu.

Ji Hye kembali malam harinya dan langsung kaget melihat Bong Hee duduk didepan pintunya dengan paras pucat dan membawa koper. Begitu berbaring kembali di sofa, dia mencoba mengecek suhu tubuhnya lagi. Dia betul-betul merasa demam, tapi si termometer lagi-lagi memperlihatkan suhu tubuhnya cuma 37 derajat.
Dia lalu memutar ulang video selfie-nya bersama Ji Wook yang kontan membuatnya bisa tersenyum kembali. Dia terus memutar ulang video itu berkali-kali dan menatap paras Ji Wook dengan penuh kerinduan.

Bong Hee tak hadir dalam rapat keesokan harinya. Suasana betul-betul terasa suram, tidak seperti umumnya. Ji Wook berusaha fokus membahas pekerjaan. Tapi Tuan Byun langsung menyela dan bertanya apakah Ji Wook dan Bong Hee sedang bertengkar atau putus?
Frustasi dengan ketidakpekaan Tuan Byun, ketiga pria itu kompak berusaha mengusir Tuan Byun dengan menyuruh Tuan Byun untuk merogoh cuti liburan saja, lebih usang lebih baik. Tuan Byun akhirnya diam.

Keesokan harinya pun permanen sama. Tuan Byun tidak bersuara sedikitpun, malah melamun menatap kursinya Bong Hee. Aww, tampaknya dia rindu Bong Hee. Tapi tiba-tiba ia menyela rapat dan tanya apakah Ji Wook tidak akan berbaikan dengan Nona Kurang Bukti?
Saat Ji Wook tak bisa memberinya jawaban, Tuan Byun langsung menggerutu kesal. "Dasar kunyuk. Aku salah membesarkanmu."

Kondisi Bong Hee tampak semakin lemah, tapi si termometer terus saja bilang suhu tubuhnya cuma 37 derajat celcius. Saat Ji Hye berusaha membangunkannya, Bong Hee malah tidak merespon. Cemas, dia mencoba mengecek suhu tubuh Bong Hee dan mendapatinya demam tinggi. Sepertinya termometernya rusak.

Beberapa saat kemudian, Ji Wook dan Eun Hyuk tiba di tempat tinggal sakit. Ji Hye memberitahu mereka kalau Bong Hee demam tinggi hingga 40 derajat celcius. Ji Wook bergegas menemui Bong Hee di UGD dan mendapatinya tidur dengan paras sangat pucat.
Dia mengulurkan tangan untuk menyentuh paras Bong Hee, tapi ragu. Bong Hee tiba-tiba membuka mata dengan lemah dan melihat paras Ji Wook yang sangat dekat padanya. Senyum Bong Hee sontak merekah melihatnya, tapi tampaknya dia menganggap semua ini cuma mimpi dan berharap sekali kalau semua ini bukan sekedar mimpi.

"Iya, ini bukan mimpi." Ujar Ji Wook. Bong Hee mengulurkan tangannya untuk menangkup paras Ji Wook lalu menariknya dan mengecup lembut bibir Ji Wook.
Bersambung ke episode 32

Suspicious Partner

By : INDONESIA SINOPSIS TOP - 12:34 PM - 1 Comment

Tidak ada komentar:

Posting Komentar